- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. Muak abis karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi). Sampai rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.
Terus terang aja, dua tahun di jepang, dua tahun juga ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. Bahkan anak umur 3 tahun pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, meskipun kena flu atau demam tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.
Bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. Bencana alam di Indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di Jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.
Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan. Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, terlihat potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana, pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi dengan sepenuh hati. Dan juga tergambar potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati
Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu. Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.”
Itulah penggalan cerita dari seorang Indonesia yang sedang menuntut ilmu di negeri sakura yang membuktikan akan moto hidup bangsa Jepang. “Gambaru” memberikannya makna yang sangat luar biasa dalam menjalani kehidupan dengan segudang permasalahannya.
Tuhan memberikan sesuatu pasti dengan hikmah yang akan kita dapatkan, salah satunya dengan "Gambaru"nya Jepang khususnya untuk Indonesia. Ketahanan diri dan tidak pantah semangat menjadi satu pelajaran penting untuk Indonesia untuk bangun dari keterpurukan.
Terus terang aja, dua tahun di jepang, dua tahun juga ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. Bahkan anak umur 3 tahun pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, meskipun kena flu atau demam tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.
Bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. Bencana alam di Indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di Jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.
Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan. Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, terlihat potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana, pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi dengan sepenuh hati. Dan juga tergambar potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati
Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu. Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.”
Itulah penggalan cerita dari seorang Indonesia yang sedang menuntut ilmu di negeri sakura yang membuktikan akan moto hidup bangsa Jepang. “Gambaru” memberikannya makna yang sangat luar biasa dalam menjalani kehidupan dengan segudang permasalahannya.
Tuhan memberikan sesuatu pasti dengan hikmah yang akan kita dapatkan, salah satunya dengan "Gambaru"nya Jepang khususnya untuk Indonesia. Ketahanan diri dan tidak pantah semangat menjadi satu pelajaran penting untuk Indonesia untuk bangun dari keterpurukan.
Komentar
Posting Komentar